Investasi Teknologi Informasi (TI) mencakup semua investasi yang berkaitan dengan TI dan sumberdaya informasi, termasuk juga semua jenis biaya siklus hidup, misalnya peralatan, perangkat lunak, jasa di bidang TI, perancangan sistem informasi atau aplikasi, pengembangan, dan pemeliharaan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun non-pemerintah.
Dokumen ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Perencanaan Investasi TI; dan
2. Pedoman Proposal Investasi TI.
Perencanaan Investasi TI
1.1.1. Tinjauan Umum
Pada saat akan membuat proposal investasi TI, suatu organisasi harus merencanakan investasi tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun Struktur Organisasi (task force) Tim Investasi TI;
2. Analisis kebutuhan fungsional;
3. Identifikasi alternatif: studi kelayakan (teknologi, ekonomi, social), riset pasar, dan benchmarking;
4. Analisis Biaya dan Manfaat (ABM);
5. Analisis Resiko TI.
1.1.2. Komponen Perencanaan Investasi TI
1.1.2.1. Struktur Tim Investasi TI (Task Force)
Pada saat permulaan suatu investasi TI, perlu dibentuk suatu tim investasi yang terpadu. Tim tesebut akan memastikan bahwa investasi yang dilakukan akan berhasil dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
Membantu manajer proyek dalam memperoleh persetujuan investasi TI dari Badan Koordinasi Teknologi Informasi Nasional (BKTIN) atau organisasi pemerintah yang memiliki wewenang untuk melakukan seleksi proposal investasi.
Menyediakan dukungan untuk proyek selama tahapan kontrol, dan membantu BKTIN secara berkala dalam mengevaluasi sistem tersebut.
1.1.2.2. Analisis Kebutuhan Fungsional
Analisis kebutuhan fungsional meliputi penentuan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mengimbangi kesenjangan kinerja antara program yang telah direncanakan dan kenyataan yang terjadi. Analisis tersebut akan mengidentifikasi beberapa hal sebagai berikut:
Kriteria, sasaran atau hasil pokok;
Definisi mengenai hal-hal yang sering digunakan dalam investasi TI (misalnya: input, output, proses);
Penentuan peringkat atas kebutuhan-kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingan;
Dekomposisi dari kebutuhan fungsional menjadi self-contained features.
Apabila memungkinkan, kebutuhan-kebutuhan sistem TI akan dirumuskan dengan menggunakan arsitektur sistem terbuka yang akan mencakup beberapa karakteristik sebagai berikut:
Aplikasi-aplikasi pengguna tidak terikat pada perangkat keras atau lunak tertentu;
Fungsi-fungsi baru dapat ditambahkan dari kontrak-kontrak yang berbeda tanpa usaha yang berarti;
Sistem lain dapat dihubungakan dengan sistem yang ada dengan mudah;
Sistem tersebut sesuai dengan Kerangka Prasarana pada Kerangka Teknologi Informasi Nasional (KTIN).
1.1.2.3. Identifikasi Alternatif: studi kelayakan, riset pasar dan benchmarking
Studi kelayakan akan mengidentifikasi pendekatan alternatif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan misi dan menghilangkan kekurangan-kekurangan yang ada. Suatu studi kelayakan tidak menjelaskan kebutuhan fungsional secara detail atau pilihan dari suatu desain sistem.
Analisis pasar digunakan untuk mencari informasi awal tentang alternatif-alternatif yang tersedia di sektor komersial. Berikut ini adalah beberapa informasi yang harus dikumpulkan pada awal survey pasar:
Ketersediaan dari barang-barang komersial untuk memenuhi kebutuhan, dan apakah hal-hal tersebut memerlukan modifikasi;
Kegiatan memodifikasi suatu barang untuk memenuhi kebutuhan dan termasuk biaya-biaya yang terkait;
Kebiasaan untuk memberikan jaminan dan potongan harga untuk produk-produk tertentu;
Peraturan dan perundangan yang dapat diterapkan pada akuisisi produk-produk tertentu;
Kemampuan distribusi dan dukungan dari pemasok-pemasok yang mungkin;
Benchmarking memungkinkan suatu institusi untuk membandingkan proses dan solusi TI mereka, dengan proses dan solusi di institusi pemerintahan lainnya, perusahaan swasta, dan bahkan bagian-bagian lain dari institusi. Tim benchmarking tersebut, secara umum mengidentifikasi proses yang telah ditargetkan untuk investasi TI, mengukur proses tersebut melalui penelusuran literature, mengunjungi atau mensurvei partner yang lain, dan kemudian msmilih alternatif terbaik.
1.1.2.4. Analisis Biaya dan Manfaat (ABM) Investasi TI
Seleksi dari berbagai alternatif terbaik sebaiknya berdasarkan pada analisis yang sistematis dari biaya dan manfaat yang diharapkan. Perkiraan manfaat dan biaya akan memperlihatkan secara detail tentang perubahan kinerja dan anggaran sebagai hasil dari pelaksanaan investasi. Suatu ABM digunakan untuk membantu penilaian mengenai apakah suatu investasi akan dilaksanakan dan untuk mengevaluasi pendekatan-pendekatan alternatif lainnya.
Elemen ABM
ABM akan mencakup dan menunjukkan elemen-elemen berikut ini:
Perkiraan-perkiraan dasar yang jelas, yang digunakan untuk dapat memperkirakan manfaat dan biaya di masa datang;
Evaluasi sarana alternatif untuk mencapai tujuan program;
Rencana berkala evaluasi yang berorientasi pada hasil dari biaya, manfaat, dan program aktual;
Efektifvitas yang diakibatkan oleh investasi.
Prinsip ABM
Manfaat dan biaya sebaiknya dikuantifikasi dan diuangkan terhadap hal-hal yang dapat dipraktekkan secara maksimal;
Harus membertimbangkan semua jenis biaya dan manfaat.
Manfaat dan biaya harus diukur terhadap keseluruhan siklus hidup setiap proyek;
Jika jumlah dan waktu dari manfaat dan biaya belum memiliki kepastian, maka analisis yang dilakukan harus menunjukkan kepastian tersebut melalui penilaian yang tepat.
Analisis sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan ukuran-ukuran kuantitatif dari manfaat dan biaya tetapi juga pengukuran kualitatif yang merefleksikan nilai-nilai yang belum dapat segera dikuantifikasikan.
Pentahapan ABM
Proses ABM mencakup beberapa langkah sebagai berikut:
Mengidentifikasi asumsi-asumsi dan hambatan-hambatan;
Mengidentifikasi alternatif dan jadwalnya, termasuk juga manfaat dan biaya untuk setiap alternatif;
Mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan Net Present Value;
Melakukan analisis sensitivitas dan resiko;
Mengembangkan ukuran pencapaian kinerja dan sasaran untuk memonitor proyek.
1.1.2.5. Analisis Resiko Investasi TI
Resiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari setiap penanaman modal untuk investasi. Jika resiko proyek tidak diperhatikan maka akan dapat menyebabkan biaya proyek yang tinggi. Namun, resiko proyek dapat dikurangi dengan cara mengidentifikasi dan mengontrol resiko proyek selama tahap pengembangan proposal, dan hal tersebut akan berpengaruh secara signifikan pada keberhasilan keseluruhan proyek.
Komponen Analisis Resiko
Ada 3 komponen resiko yang signifikan, yaitu: resiko Keuangan, Teknis, dan Jadwal.
Resiko keuangan adalah segala resiko yang dapat menyebabkan pemerintah atau lembaga keuangan lainnya untuk mengeluarkan biaya tak terduga. Resiko-resiko tersebut biasanya dinyatakan dalam satuan dollar pada saat mempertimbangkan variablel yang mempengaruhinya.
Resiko keuangan dapat berasal dari variable-variabel di bawah ini:
Biaya yang melewati batas;
Pengeluaran biaya untuk menyelesaikan permasalahan di bidang hukum;
Biaya atas kehilangan data/informasi;
Kegagalan atau penggantian perangkat keras atau perangkat lunak.
Potensi biaya tambahan karena kepercayaan terhadap suatu vendor tertentu tanpa memperhatikan biaya.
Resiko teknis menunjukan resiko yang muncul karena proposal tidak memiliki pendugaan yang akurat terhadap siklus hidup proyek. Hal tersebut bisa saja terjadi karena kegagalan dalam memperkirakan manfaat dari proyek, perkiraan biaya proyek yang tidak akurat, perkiraan lama (waktu) proyek yang tidak tepat, kegagalan dalam mencapai tingkat kinerja sistem yang memadai, kegagalan dalam mengintegrasikan system baru dengan system yang ada, atau kegagalan dalam mengintegrasikan proses dan prosedur secara organisasional.
Resiko jadwal adalah tingkatan dimana kerangka waktu yang diperkirakan dan tanggal penyelesaian untuk semua kegiatan utama dalam proyek dapat memenuhi batas waktu dan mengatasi hambatan-hambatan yang menyebabkan perubahan dalam organisasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:
Batas waktu yang ditetapkan dalam peraturan;
Ketersediaan sumberdaya dalam selang waktu.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan juga konsesi yang diperoleh dalam penjadwalan, outsorcing, atau perubahan lingkungan teknis.
Evaluasi Resiko
Proses evaluasi resiko terdiri dari 3 langkah yaitu mengidentifikasi dan memberikan bobot resiko, justifikasi, dan kontrol. Langkah pertama dalam proses ini adalah identifikasi dan pembobotan resiko-resiko proyek. Dalam proses identifikasi dan pembobotan resiko yang diasosiasikan dengan proposal proyek dapat digunakan “template” resiko (lihat tabel 1). Setiap resiko yang teridentifikasi perlu diberi bobot berdasarkan suatu penilaian dari kemungkinan dan pengaruh. Hasil akhir dari langkah ini adalah bobot resiko yang digunakan dalam proposal dan setiap resiko.
Jika resiko telah teridentifikasi dan diberi bobot, maka langkah kedua adalah justifikasi. Langkah ini dievaluasi dengan menggunakan “Bobot Kualitas Resiko” yang terdapat dalam template Capital Investment Proposal Criteria (lihat table 1). Langkah ini memberikan kesempatan kepada tim penyusun proposal untuk dapat memperbaiki alasan dan kesimpulan mereka berkaitan dengan setiap resiko individu.
Langkah terakhir adalah membuat rencana kontrol untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait. Langkah ini dievaluasi dengan menggunakan “Rencana Kontrol Kualitas Resiko” yang terdapat dalam model Capital Investment Proposal Criteria (Lihat appendix 4). Langkah ini mensyaratkan tim penyusun proposal untuk menentukan kontrol resiko berdasarkan sumber daya yang tersedia, dan mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Pedoman Pembuatan Proposal Investasi TI
Proposal investasi TI akan disiapkan dalam dua bagian. Bagian pertama akan disiapkan dan diajukan sebagai bagian dari dokumentasi yang diperlukan pada tahap seleksi investasi TI. Bagian dua hanya akan diajukan apabila telah ada persetujuan dan pendanaan dari proyek/sistem utama sebagai bagian dari tahap pengadaan.
1.1.3. Proposal Bagian I
Pada bagian I, suatu proposal investasi TI sebaiknya terdiri dari:
1.1.3.1. Aspek Dasar
Aspek dasar terdiri dari pernyataan misi, sasaran, tujuan, dan kebutuhan suatu investasi TI.
Misi
Misi mendefinisikan dasar untuk semua investasi TI. Investasi TI harus mendukung KTIN yang ada, terutama Kerangka Dasar. Pernyataan misi mendefinisikan tujuan dasar dari organisasi dengan fokus pada program dan kegiatan utamanya.
Misi sebaiknya menyatakan:
- Apa saja pengaruh investasi TI terhadap organisasi?
- Bagaimana investasi TI tersebut mendukung peluang-peluang yang saling berkaitan dalam KTIN?
Sasaran dan Tujuan
Setelah menyatakan misi, proposal tersebut harus menjelaskan sasaran dan tujuan umum jangka panjang serta penyelesaian yang terencana, menguraikan tentang bagaimana instansi tersebut melaksanakan misi tersebut.
Pernyataan Kebutuhan
Perkenalkan rencana tersebut dengan pernyataan kebutuhan yang singkat, dan meringkas latar belakang teknis. Bahas alternatif tambahan yang layak dengan berdasarkan pada riset pasar, dan usaha internal.
1.1.3.2. Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdiri dari:
Tim Proyek
Manajemen dan Pengawasan (Kontrol) investasi TI merupakan faktor signifikan dalam mencapai keberhasilan dalam penyelesaian investasi TI.
Proposal tersebut sebaiknya menjelaskan:
Struktur manajemen yang akan diimplementasikan pada investasi TI;
Mengidentifikasi pejabat senior dalam manajemen dan komite, atau kelompok, untuk menanggulangi kekurangan yang terdapat pada manajemen investasi TI.
Metodologi Rekayasa (Engineering) Sistem
Rekayasa adalah proses yang terdiri dari analisis, desain, konstruksi, verifikasi, dan manajemen dari entity-entiti teknis atau sosial. Beberapa pertanyaan berikut ini harus ditanyakan dan dijawab:
Masalah apa yang harus diselesaikan?
Karakteristik apa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut?
Bagaimana cara agar entiti dan penyelesaian tersebut dapat direalisasikan?
Bagaimana cara mengkonstruksikan entiti tersebut?
Pendekatan apa yang akan digunakan untuk menemukan kesalahan yang terjadi pada desain dan konstruksi entiti?
Bagaimana cara entiti tersebut dapat didukung dalam jangka panjang, apaila penggguna meminta dilakukan koreksi dan adaptasi, dan pentajaman dari entity tersebut?
Pekerjaan yang berhubungan dengan rekayasa sistem dapat dikategorikan ke dalam tiga langkah umum. Tiap langkah tertuju pada satu atau lebih pertanyaan tertulis di atas. Semua langkah sebaiknya tercakup dalam proposal investasi TI.
Tahap definisi memfokuskan pada apa. Agen TI akan mengidentifikasi informasi apa saja yang akan diproses, fungsi apa saja dan kinerja yang diinginkan, sifat sistem apa yang diharapkan, interface apa yang akan dibangun, hambatan desain apa saja yang ada, dan kriteria pengesahan apa saja yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sistem yang sukses.
Tahap pengembangan memfokuskan pada bagaimana. Yaitu, selama pengembangan pembuat sistem akan mendefinisikan bagaimana data dikonstruksikan, bagaimana fungsi diimplementasikan sebagai arsitektur sistem, bagaimana detail prosedural akan diimplementasikan, bagaimana interface dikarakteristikan, dan bagaimana pengujian dilakukan.
Tahap pemeliharaan memfokuskan pada perubahan yang berhubungan dengan perbaikan kesalahan, adaptasi yang dibutuhkan sebagai perkembangan lingkungan sistem, dan perubahan selama peningkatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Empat jenis perubahan dilakukan selama tahap pemeliharaan, yaitu: perbaikan, adaptasi, pentajaman, dan pencegahan.
Untuk proyek rekayasa perangkat lunak, banyak terdapat model proses perangkat lunak, misalnya: model linear sequential, model prototyping, model Rapid Application Development (RAD), model pengembangan concurrent, model spiral, model component assembly, model metode formal, dan teknik generasi keempat. Model yang akan digunakan dalam proyek sebaiknya dinyatakan dalam proposal.
Jadwal Proyek TI
Proposal sebaiknya menjelaskan jadwal untuk setiap proyek TI (jadwal rekayasa sistem).
1.1.3.3. Aspek Prasarana
Prasarana teknis KTIN menyediakan sebuah acuan bagi proyek untuk bermigrasi ke standar umum yang didukung dalam suatu departemen.
Suatu proposal sebaiknya menjelaskan beberapa hal berikut:
Prasarana yang tersedia;
Model teknologi, model data, dan model aplikasi yang akan dibuat;
Bagaimana prasarana yang akan dibuat dapat memenuhi prinsip dasar dari kerangka prasarana pada KTIN, yaitu:
- standar (interoperabilitas);
- sekuriti;
- pengumpulan data;
- akses informasi;
- teknologi yang terjamin.
Bagaimana posisi investasi dari KTIN dapat memberikan hubungan kerja yang memiliki manfaat timbal-balik internal dan eksternal kepada departemen;
Bagaimana posisi investasi KTIN dapat memperoleh keuntungan dari teknologi inovatif dalam kinerja dari penyampaian fungsi bisnis dan jasa.
1.1.3.4. Aspek Keuangan
Suatu proposal sebaiknya menjelaskan segala biaya pencapaian sasaran untuk pengadaan dan alas an yang mendukung mereka. Bahas konsep-konsep biaya yang digunakan, seperti biaya siklus-hidup. Kantor yang memesan harus menunjukkan aplikasi dari analisis biaya yang seharusnya untuk pengadaan sistem utama.
1.1.3.5. Analisis Biaya dan Manfaat
Tiap proposal TI harus mencakup analisis biaya dan manfaat (ABM).
ABM tersebut sebaiknya menyediakan:
informasi manajemen yang penting mengenai alokasi pegawai;
sumberdaya keuangan;
sumberdaya informasi yang mendukung proyek.
Organisasi yang mengajukan sebaiknya menunjukkan Analisis Alternatif, Survey Kepuasan Pelanggan, Biaya, Jadwal, dan Analisis Resiko sebagai bagian dari ABM. Organisasi tersebut harus memastikan tingkatan detail yang cukup memadai. Sebagai contoh, mereka harus menjelaskan hasil, baik dalam pengertian biaya siklus-hidup, penghematan siklus-hidup, dan rasio biaya-manfaat untuk tiap alternatif yang dianalisis. Sebagai tambahan, mereka juga harus melengkapi analisis dan dokumentasi mengenai Return of Investment sebagai lampiran. Mereka juga harus menyertakan segala data pilot/prorotipe dan ukuran kinerja dengan tujuan agar perbaikan dapat dikuantifikasi melalui pengukuran hasil-hasil program.
1.1.3.6. Analisis Resiko
Resiko adalah suatu hal yang pasti ada dalam setiap investasi. Pengidentifikasian dan pengawasan terhadap resiko investasi dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kesuksesan suatu investasi. Dalam hal ini, resiko TI sebaiknya dievaluasi dengan berdasarkan pada tiga pengendali resiko: resiko teknis, resiko jadwal, dan resiko keuangan.
Resiko Teknis
Resiko teknis akan menjelaskan:
Bagaimana investasi TI akan dilaksanakan (misalnya: pengembangan system software sendiri atau penggunaan system informasi komersial di luar daftar sistem perangkat lunak;
Bagaimana teknologi akan diintegrasikan ke dalam sistem yang ada;
Bagaimana cara meminimalisir resiko teknis dari sistem yang tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Resiko Jadwal
Analisis resiko jadwal sebaiknya menjelaskan:
Resiko jadwal yang diketahui atau terantisipasi. Menyediakan rencana untuk meminimalisasir resiko jadwal selama pelaksanaan proyek;
Apa yang akan dicapai termasuk tahapan siklus-hidup (misalnys: studi kelayakan, desain, pengembangan, implementasi, operasi, pemeliharaan, evaluasi) dan milestone utama lainnya (misalnya: definisi masalah, pengembangan kontrak penghargaan, pilot, pengujian) untuk setiap tahun dengan pendanaan proposal yang diajukan;
Tindakan perbaikan yang akan diambil jika jadwal proyek berbeda dengan rencana;
Persentase yang telah dibuat sebagai perbedaan yang dapat ditoleransi yang jika melebihi akan ada tindakan perbaikan.
Resiko Keuangan
Resiko keuangan sebaiknya menjelaskan:
Segala resiko finansial;
Bagaimana meminimalisasi resiko finansial dari pengembalian investasi yang rendah;
Bagaimana anda menunjukkan biaya operasi yang berlebihan dihubungkan dengan keterlambatan jadwal;
Rencana tindakan perbaikan yang akan dilakukan jika biaya proposal berbeda dengan rencana;
Persentase yang telah dibuat sebagai perbedaan yang dapat ditoleransi, yang jika melebihi, maka tindakan perbaikan akan dilakukan.
1.1.3.7. Pelayanan Pelanggan
Semua investasi TI sangat bergantung pada kemampuan dan penerimaan pelanggan terhadap produk. Suatu penilaian akan penerimaan pelanggan adalah sangat penting bagi kemampuan proyek untuk menyelesaikan misinya.
Proposal tersebut sebaiknya menjelaskan:
Kualitas Jasa. Kualitas merujuk pada ukuran dari perbaikan kinerja dari pelayanan pelanggan dimana insiatif diserahkan pada pelanggan;
Waktu Tunggu. Waktu tunggu merujuk pada suatu ukuran dari pengurangan waktu tunggu per pelanggan yang dilayani;
Peningkatan Jumlah Pelanggan Baru yang Dilayani. Hal ini merujuk pada jumlah tertentu dari pelayanan pelanggan baru yang dilayani dan melebihi garis-batas yang ada sebagai hasil dari implementasi inisiatif;
Peningkatan Manfaat. Hal ini merujuk pada peningkatan pada manfaat yang didapat oleh pelanggan, program dan jasa, yang sebelumnya tidak tersedia di bawah hukum yang berlaku kepada pelanggan yang ada atau yang baru;
Akses yang meningkat kepada Pelanggan yang ada. Hal ini merujuk kepada akses yang dilakukan oleh pelanggan terhadap pengguna sistem yang tersedia dari hasil implementasi inisiatif.
1.1.4. Proposal Bagian II
Bagian II akan berperan sebagai “rencana tindakan”, yang mencakup:
1.1.4.1. Sumber
Indikasi sumber persediaan yang menjanjikan yang dapat memenuhi kebutuhan. Tunjukkan hasil dari riset dan analisis pasar, dan dampaknya pada berbagai komponen perencanaan.
1.1.4.2. Jadwal Proyek (yang lebih rinci)
Beberapa prinsip dasar yang dinyatakan di bawah menjadi acuan dalam penjadwalan proyek TI:
Penggolongan. Suatu proyek harus digolongkan ke dalam beberapa kegiatan dan tugas yang dapat diatur. Untuk dapat menyelesaikan proses penggolongan tersebut, maka produk dan proses yang tercakup harus didekomposisikan.
Keterhubungan. Keterhubungan dari tiap golongan kegiatan atau tugas harus ditentukan. Beberapa tugas harus dilakukan secara berurutan, sedangkan yang lainnya secara paralel. Beberapa kegiatan tidak dapat berjalan jika produk yang dihasilkan oleh yang lain belum tersedia. Kegiatan-kegiatan lainnya dapat berlangsung secara mandiri.
Alokasi Waktu. Setiap tugas yang akan dijadwalkan harus dialokasikan berdasarkan jumlah unit-unit kerja (misal: person-days of effort). Selain itu, tiap tugas harus memiliki tanggal mulai dan tanggal penyelesaian sebagai fungsi keterhubungan dan apakah tugas tersebut akan dilaksanakan secara penuh-waktu atau paruh-waktu.
Pengesahan Usaha. Setiap proyek memiliki jumlah staf tertentu. Pada alokasi waktu, seorang manajer proyek harus memastikan bahwa jumlah orang yang dialokasikan tidak melebihi jumlah waktu yang diberikan. Sebagi contoh adalah suatu proyek yang memiliki tiga penugasan usaha. Pada hari yang telah ditentukan, 7 tugas yang ada harus diselesaikan. Tiap tugas membutuhkan 0.50 person day of effort. Usaha tersebut telah mengalokasikan tenaga yang berlebih dibandingkan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Penentuan Tanggungjawab. Setiap tugas yang telah dijadwalkan akan ditugaskan kepada anggota tim tertentu.
Penentuan Dampak. Setiap tugas yang telah dijadwalkan memiliki dampak tertentu. Untuk proyek perangkat lunak, biasanya dampak adalah merupakan suatu produk kerja (misal, desain modul) atau sebagian dari produk kerja. Seringkali produk-produk kerja digabungkan dalam deliverables.
Penentuan Milestones. Setiap tugas untuk sekelompok tugas harus diasosiasikan dengan milestone proyek. Sebuah milestone dikatakan telah selesai apabila satu atau lebih produk kerja telah ditinjau kualitasnya dan telah dibuktikan.
1.1.4.3. Prosedur Seleksi Sumber
Bahas prosedur seleksi sumber untuk akuisisi, termasuk penentuan waktu untuk pengajuan dan evaluasi proposal.
1.1.4.4. Pembuatan Kontrak
Pembuatan kontrak membahas seleksi jenis kontrak, pilihan, dan metode, termasuk kontrak modular untuk perolehan sistem utama. Secara khusus membahas:
1. Jenis kontrak apa yang lebih diinginkan dan mengapa dipilih?
2. Jenis kontrak lain yang dipertimbangkan dan mengapa tidak dipilih?
1.1.4.5. Penganggaran dan Pendanaan
Hal ini menjelaskan bagaimana perkiraan anggaran, dan perkiraan jadwal untuk memperoleh dana pada tiap poin yang dibutuhkan.
1.1.4.6. Deskripsi Produk
Hal ini menjelaskan pilihan tipe deskripsi produk. Analisis riset pasar akan menyediakan informasi yang dibutuhkan.
1.1.4.7. Prioritas
Jika diperlukan, membahas kepentingan kebutuhan yang bisa menentukan jadwal penyampaian/kinerja yang pendek.
1.1.4.8. Sistem Informasi Manajemen/Sistem Manajemen Kinerja
Membahas sebagaimana diperlukan mengenai manajemen sistem yang akan digunakan oleh pemerintah untuk memonitor kinerja kontraktor. Membahas secara spesifik:
1. Apakah system ini merupakan sistem manajemen yang bernilai; dan
2. Bagaimana sistem tersebut:
- mengidentifikasi jumlah dari pekerjaan yang telah direncanakan yang secara aktual selesai;
- membandingkan kerja aktual yang selesai dan kerja pada rencana, dan biaya aktual dengan biaya yang direncanakan; dan
- membuat deviasi atas persentase sasaran.
1.1.4.9. Pengujian dan Evaluasi
Menjelaskan program pengujian untuk tiap langkah utama dari akuisisi sistem utama.
1.1.5. Ringkasan
Agar dapat memastikan suatu institusi telah mengikuti prosedur yang dibutuhkan sebagaimana dinyatakan dalam pedoman, dapat digunakan Tabel 1 di bawah ini. Institusi harus mengisi dengan tanda (Ö) jika tugas terkait telah selesai dilakukan.